Sabtu, 04 Mei 2013

Fenomena Sosial Yang Berhubungan Dengan Psikologi


Fenomena bullying di sekolah


Bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dirinya tertekan. Dalam lingkungan sekolah hal ini kerap kali terjadi dalam jangka panjang oleh siswa senior pada juniornya yang tak berdaya dan tak berani melapor karena ancaman. Mengapa bullying di sekolah - sekolah menjadi sangat mengerikan sampai dengan luka berat dan kematian? Apa yang salah dengan dunia pendidikan khususnya hubungan dan pengawasan guru - orang tua - murid?
Disini saya akan mencoba membahas kenapa fenomen bullying sangat marak terjadi :

Kasus I
Anak - anak murid yang sedang dalam masa pubertas.
Anak dalam masa pubertas akan mencari identitas dirinya. Masa dimana sangat dibutuhkan contoh sebagi panutan. Heroisme, sadisme dan kehidupan geng - geng tanpa norma yang bisa dilihat setiap hari dalam film - film barat maupun di sinetron Indonesia merupakan contoh yang ditelan mentah - mentah.
Kasus II
Prilaku orang tua dan orang - orang dilingkungan si anak yang cendrung menampakkan kekerasan. Contoh tak pantas inilah yang tertanam dalam diri si anak untuk kemudian di praktekkan pada teman - temannya yang lemah. Bila keadaan ini dibiarkan terus menerus maka pada anak belasan tahun bisa timbul Gangguan Tingkah Laku Agresif.

Lalu bagaimana untuk mencegah terjadinya gangguan ini ? Faktor utama yang berpengaruh adalah pengembangan mental sejak masa kanak - kanak dimana orang tua berperan sangat penting dalam mendidik dan memberi contoh nilai - nilai moral, budi pekerti, kejujuran dan tanggung jawab. Hubungan yang erat dan komunikasi yang erat antara orang tua dan anak  harus dijalin. Maka sebenarnya ketika terjadi bullying di sekolah, tanggung jawab tidak bisa sepenuhnya dilimpahkan pada guru karena orang tua dan lingkungan sosial pun berpengaruh untuk timbulnya prilaku agresif.
 



 Referensi :

Santrok. J.W. ( 2008 ). Psikologi Pendidikan ( edisi kedua ). Jakarta : Prenada Media Grou

Penyesuain Diri dan Stress


Penyesuain Diri :

Apakah Penyesuaian diri itu? 

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Setelah kita membaca dan memahami apa itu penyesuain diri. Dan saya akan menjelaskan  lebih jelas dan singkat  lagi tentang penyesuain diri dari 3 sisi, yaitu : Pengertian Penyesuaian Diri, Konsep Penyesuain Diri, dan Pertumbuhan Personal :
 
1. Pengertian Penyesuain Diri
Penyesuain Diri dalam bahasa dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
- penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)
- penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
- penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
  Pada mulanya penyesuain diri tidak jauh beda dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.

2. Konsep Penyesuain Diri
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor - faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi - fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat.

3. Pertumbuhan Personal
Setiap individu akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga.
Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma - norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma - norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu. Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung, individu dapat memperhatikan hal - hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu norma - norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan - aturannya maka lama - kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin. begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek. Setelah kita membaca tentang pertumbuhan personal, setelah itu pertumbuhan personal juga memiliki 4 sisi, yaitu Penekanan pertumbuhan, Variasi dalam pertumbuhan, Kondisi - Kondisi Untuk Bertumbuh, Fenomenologi :
 a. Penekanan Pertumbuhan
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian - bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan. Pemakaian baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau etika.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi - fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik ( keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
b. Variasi Dalam Pertumbuhan
Menurut, Schneiders mengungkapkan setiap individu memiliki pola penyesuaian yang khas terhadap setiap situasi dan kondisi serta lingkungan yang di hadapinya. Bagaimana individu menyesuaikan diri di lingkungan rumah dan keluarga, di sekolah. bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, serta cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial menentukan adanya variasi penyesuaian diri (Varietas of Adjustment), artinya adanya klasifikasi penyesuaian diri yang berdasarkan pada masalah dan situasi yang di hadapi dan berkaitan dengan tuntutan lingkungan. Empat variasi penyesuaian diri yang lebih penting dalam kehidupan seorang manusia yaitu: 
·         Penyesuaian dengan dirinya sendiri (Personal Adjustment)
·         Penyesuaian sosial (Social Adjustment) 
·         Penyesuaian diri dengan pernikahan (Marital Adjustment) 
·         Penyesuaian diri dengan pekerjaan (Vocational Adjustment)
c. Kondisi - Kondisi Untuk Bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengatakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe - tipe bentuk tubuh dan tipe - tipe tempramen. Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat - sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
d. Fenomenologi Pertumbuhan
Menurut, Brouwer Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “ dunia kehidupan ” yang di persepsi dan di interpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “ Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. ” Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik.



 B. STRESS

Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari masalah. Jika hal tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan mengancam maka keadaan ini dapat disebut stress. Menurut Levy, Dignan, dan Shifers mengatakan bahwa stres merupakan beberapa reaksi fisik dan psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam merespon beberapa perubahan yang mengancam dari lingkungannya yang disebut stresor.

1. Pengertian Stress dan Efek - Efek Stress dalam  “ General Adaption Syndrom “ menurut Hans Selye
Penyebab Stress, menurut Hans Selye dalam buku Hawari ( 2001 ) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan - keluhan somatik ( fisik ), tetapi dapat pula disertai keluhan - keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Stress adalah ketegangan, ketakutan, tekanan batin, tegangan konflik antara lain :
- Satu stimulus yang menegangkan kapasitas - kapasitas ( daya ) psikologis atau fisiologis dari suatu organisme
- Sejenis frustasi, dimana aktifitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu oleh atau dipersukar, tetapi tidak terhalang - halangi peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was - was kuatir dalam pencapaian tujuan
- Kekuatan yang ditetapkan dalam suatu sistem tekanan - tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi
- Satu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.

2. Faktor - Faktor Individual Dan Sosial Yang Menjadi Penyebab Stress

Faktor - Faktor stress yaitu :

- Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari - hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stress.
1. Dukungan sosial mencakup, Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi
2. Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa
3. Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.

- Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya ( duration ) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu ( predictability ).
 
3. Tipe - Tipe Stress Psikologi
Manusia berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat tegas bentuk - bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi bersamaan.
a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan - harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
- Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama - sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
- Konflik mendekat - mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama - sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik mendekat - menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari - hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak.
c. Frustrasi
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
- Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi
- Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu - buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu ( misal jalanan macet ) kita juga dapat merasa frustrasi
- Bila kita sangat memerlukan sesuatu ( misalnya lapar dan butuh makanan ), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “ kuatir ” “ tegang ” “ prihatin ” “ takut ”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
 
4. System Reducing Responses Terhadap Stress, Mekanisme Pertahanan Diri Dan Strategi Coping Untuk Mengatasi Stress
1.        Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah Menurut Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a.    Coping yang berfokus pada masalah ( problem - focused coping ) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b.    Coping yang berfokus pada emosi ( problem - focused coping )adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2.    Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
a.    strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b.    strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
3.    Berpikir positif dan self - efficacy
Menurut Bandura self - efficacy adalah sikap optimis yang memberikan perasaan dapat  mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang sedikit di atas rata - rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat mengakibatkan konsekuensi yang negatif.
4.    Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke, Youniss & Smollar,keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain – terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang baik terhadap stres.

strategi coping untuk mengatasi stress “ minor ” :
1. Strategi Terfokus Masalah (Problem Focus Coping), yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya.
2. Strategi Terfokus Emosi (Emotional Focus Coping), yaitu upaya untuk mencegah perbuatan negatif menguasai diri seseorang atau mencegah terjadinya masalah yang tidak dapat dikendalikan.
 
5. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress, Bagaimana Mengatakan Toleransi Stress ?
Menurut Siswanto, Salah satu cara dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian - bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Meningkatkan Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas :
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan / kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi, berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan sebagainya.





Sumber       :
http://psychologydaily.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html.
http://deevashare.blogspot.com/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi fisik.html.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri
http://rumusbelajar.blogspot.com/2012/12/pengertian-penyesuaian-diri.html